PROPOLIS atau lem lebah adalah suatu
zat yangdihasilkan oleh lebah madu. Dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun
yang muda untuk kemudiandicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal
dan mensterilkan sarang. Propolis bersifat disinfektan (antibakteri)
yang-membunuh semua kuman yang masuk ke sarang lebah.
Lebah meliputi sarangnya dengan propolis
untuk melindungi semua yang ada di dalam sarang tersebut dari serbuan kuman,
virus, atau bakteri. Antara lain melindungi ratu lebah, telur, bayi lebah, dan
madu. Sifat disinfektan alami yang terkandung dalam propolis sangat ampuh dalam
membunuh kuman.
Lebah dipelihara di dalam kotak
(sarang), propolis lebah lalu dikikis menggunakan alat khas atau kertas khusus.
Selanjutnya dipanaskan sehingga 6o-7O°C untuk mencairkannya lalu menyarangkan
lilin lebah dan kotoran lain sebelum menjadi water base. Warna propolis beragam
meski pada umumnya cokelat gelap. Namun, kadang-kadang ditemukan juga propolis
berwarna hijau, merah, hitam, bahkan putih tergantung dari sumber resin-
Produksi propolis relatif kecil, 20 gram setahun dari 200.000 lebah. Karena
warnanya yang cenderung gelap itulah banyak peternak lebah menganggap propolis
sebagai kotoran.
Apalagi para peternak itu juga belum
mengetahui khasiat propolis. Oleh karena itu, mereka justru membuang propolis
dari sarang karena menganggap kotor. Padahal, untuk memanen propolis relatif
mudah. Peternak tinggal mengerek secara hati-hati dan mengekstraknya. Nah,
karena jarang dilirik peternak, penggunaan propolis untuk kesehatan kalah
populer ketimbang produk lebah lain seperti madu dan royal jeli. Peternak lebah
di Amerika Serikat juga menganggap propolis sebagai balian pengganggu. Propolis
melekat di tangan, pakaian, dan sepatu ketika cuaca panas serta berubah keras
dan berkerak ketika dingin.
Baru pada akhir 1990-an propolis
dilirik sebagai bahan berkhasiat ketika Jepang meriset lem lebah untuk
kesehatan. Takagi Y. dari Sekolah Kesehatan Universitas Suzuka membuktikan
keampuhan propolis meningkatkan sistem imunitas tubuh. Riset lain dari
University of Japan membuktikan propolis mengurangi risiko salat gigi. Dari
pembuktian ilmiah itulah penggunaan propolis sohor di Jepang. Lembaga Riset
Kanker Columbia (1991) menyatakan, dalam propolis terdapat zat CAPE yang
berfungsimematikan sel kanker. Pemakaian zat CAPE secara teratur selama enam
bulan dapat mereduksi kanker sebanyak 50 persen.
Berdasarkan riset yang dilakukan di
laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM, produk propolis yang
diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks), Si-ha (sel
kanker uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan nilai IC50
berkisar 20 - 41 ug/rnl. Artinya, propolis dosis 20 - 41 fig/ml dapat
menghambat aktivitas 50 persen sel kanker dalam kultur.
Sejalan
dengan penelitian dr. Woro Pratiwi, M.Kes., Sp.P.D., dari Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Propolis yang diberikan selama satu bulan
memiliki efek an-tikanker dalam organisme hidup. Itu ditunjukkan dengan menurunnya
jumlah nodul atau tonjolan tumor dan menurunnya
aktivitas proliferasi (penggandaan) sel tumor kelenjar payudara pada mencit.
Namun, efeknya masih lebih rendah dibandingkan dengan pada mencit yang diberi
obat kanker standar, doksorubisin.
Polifenol dan flavonoid, sebagian
senyawa yang terkandung dalam propolis, kemungkinan berperan menghambat
proliferasi sel kanker. Menurut Dr. Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM,
flavonoid biasanya mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase
yang digunakan untuk proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses
fisiologi sel pun terhambat sehingga sel melakukan apopto-sis alias membuat
program bunuh diri.
Menurut Prof. Dr. Mustofa, M.Kes.,
Apt. dari Bagian Farmakologi dan Toksikologi FK UGM, senyawa golongan flavonoid
dan polifenol yang ada dalam propolis juga memiliki efek antioksi-dan dan
antitrombositopenia.
Riset membuktikan propolis aman
meski dikonsumsi dalamjangka panjang. Menurut Dra. Mulyati Saito, M.Si. dari
LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah, mencit yang diberi propolis tiap
hari selama satu bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ tubuhnya
tetap bagus serta tidak bermasalah. Dosis normal yang dimaksud setara satu
sendok makan propolis di-larutkan dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia.
Propolis baru menyebabkan kematian separuh jumlah hewan uji pada dosis di atas
10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kilogram,
dosis itu setara konsumsi 0,6 kilogram propolis setiap hari.***
Nurwulan
Ramadhani, mahasiswi Jurusan Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran
Bandung.